Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Pulang?

Aku tidak pernah berpikir akan berada pada pilihan ini. Memilih untuk menetap di tempat yang menyiksaku dalam bentuk kerinduan. Sejujurnya aku juga ingin pulang. Bertemu ibu, bercerita bersamanya. Tapi, bukan sekarang, belum tepat waktunya. Bagiku kalau pulang hanya sekadar pulang itu bisa dilakukan kapan saja. Untuk sekarang aku tidak bisa pulang hanya dengan tangan kosong. Harus ada yang ku bawa untuk kebaikan ibu ke depannya. Ibu harus membaik, bagaimanapun caranya. Aku tidak pernah memikirkan kebahagiaanku sendiri sebelum ibu benar-benar bahagia. Dia harta satu-satunnya yang aku miliki. Melihat dia tertawa tanpa memikirkan semua beban, halusinasi, obsesi, dan penderitaannya adalah kepuasan batin. Sekarang aku tidak berharap banyak pada siapapun termasuk keluargaku, aku hanya berharap dan bergantung padaNya saja. Aku tidak pernah berhenti meminta dimampukan dan dikuatkan. Harapan akan hidupku adalah sesederhana aku bisa menerima dengan ikhlas atas semua pemberianNya. Ber...

Ganti lagi

Bahwa darimu aku banyak belajar. Datang dan pergi adalah hal biasa. Hal semacam ini akan selalu terjadi dan silih berganti. Layaknya kamu bertemu dengannya, nyaman dengannya, lalu jatuh dan cinta. Rela jatuh lagi dan ditinggal pergi. Miris. Kamu akan mencari yang baru lagi dan lagi sampai pada kata, “Kamu lah yang selama ini aku cari.” Sial. Sayangnya kamu tidak. Pernah sekali menemukan dan akhirnya kehilangan, lagi. Selepas ini semua, kamu harus berjanji akan menjadi seseorang berbeda. Minimal mengurangi kebiasaan mengurung diri dan memendam apa-apa sendiri. Kamu terlalu angkuh dan keras kepala. Terlalu takut untuk berbagi cerita, padahal aku ingin sekali mendengarmu bercerita. Jangankan cerita, suaramu memanggil namaku saja aku sudah senang. Banyak orang yang peduli denganmu, lagi-lagi egomu bilang, “ya memang dia baik”. Padahal, tanpa kamu sadari, kamu telah melukai seseorang yang telah menaruh harap, padamu. Kamu terlalu sering mengatakan kuat. Padahal untuk berdir...

Saya persilakan

Dari awal saya sudah pernah menjelaskan bukan? Tau darimana kalau seseorang itu baik, buktinya mendapati sikap seseorang yang tidak sesuai dengan ekspektasimu saja, kamu sudah kecewa dan menghilang. Aneh memang jadi manusia, maunya dimengerti tapi jarang sekali mau mengerti. Bersyukur saya mengena lmu kawan :)) Saya banyak belajar tentang arti datang dan pergi. Saya banyak belajar tentang arti menghargai yang namanya hati. Kamu tidak banyak bicara ini dan itu, tapi, sabar sekali mendengarkan semua keluh kesah dan juga cerita ku. Ah, aku sedikit kecewa. Salahku memang. Aku selalu sulit percaya pada seseorang yang bertanya,  "Bagaimana jika suatu saat kamu dikecewakan?" "Bagaimana jika suatu saat kamu ditinggalkan?" "Bagaimana jika suatu saat kamu disakiti?" Sial, selalu saja yang bertanya demikian justru yang melakukan. Seberapa jauh kamu mengenalku duhai? Berkali-kali sudah ku katakan, kalau kamu memang butuh penjelasan, pa...

Masih belajar

[S E L A M A T  M E N J A L A N I  K E H I D U P A N  Y A N G  B A R U] *Jangan hanya karena kamu merasa kenyataan ini tidak sesuai dengan harapan kamu, lalu kamu membenci orang lain hanya karena kamu belum mampu menerima keberadaannya. Aku tahu, kedatangan dan kepergian memang berbeda, tapi perbedannya sulit sekali dibedakan, antara mana yang mampu membuat kita baik-baik saja dan berakhir bahagia atau sebaliknya dan berakhir sia-sia. Aku pikir, keduanya adalah bergantung pada diri kita dalam menyikapinya. Kamu pikir aku ini terima-terima saja tanpa adanya pertimbangan apa-apa? Hahaha, kita sama duhai. Akan ada banyak pengorbanan demi seseorang yang kita anggap berharga, dan semoga itu semua adalah memang karenaNya, bukan karena yang lain. Perlu diketaui, jauh sebelum kamu tahu, jauh sebelum mereka mengatakan, aku sudah lebih dulu tahu. Ini menyakitkan, tapi, juga nikmat sekali dirasakan. Bagiku ini adalah pelajaran yang sangat berharga dalam hidup. Buka...

Berat

Aku tidak  tahu kenapa, kenapa hal seperti ini bisa terulang kembali. Kembali menjadi bodoh dan menyakiti hati orang lain, kembali menjadi egois dan memilih mencintai sebelah pihak, kembali menjadi seseorang yang bisa dipercaya oleh orang lain tapi sulit sekali percaya bahwa ada manusia atau bisa disebut orang lain yang benar-benar   peduli. Kemarin belum lama, setelah sekian waktu tidak pernah saling berkabar, saya menemukan orang baru. Rasanya saya sudah menemukan seseorang yang tepat. Seseorang yang mau menerima saya apa adanya, meski belum tahu detil tentang kehidupan saya. Tapi, egoku tetap menolak. Keras kepalaku semakin memuncak, dan aku kalah dengan egoku. Aku kembali jatuh dalam kekecewaan yang memberiku kenyamanan karena bekas ingatan berupa kenangan. Aku kembali menjadi acuh dan suka mengabaikan perasaan seseorang. Dalihku selalu saja sama, yang biasa saja. Padahal, itu hanya sebuah alibi saja, agar aku tidak menyakitimu.  Jujur, aku juga ingi...

Iyakan Perempuan?

Kalo tanya kenapa? Aku tidak tahu. Kamu boleh mengira aku begini dan begitu, itu hakmu. Tapi, mengiyakan semua atas perkiraanmu tentang aku, aku tidak setuju. Aku sadar betul pernah sok tahu dan kepedean , seolah-olah merasa kamu punya something feeling ke aku, hanya karena kamu berlaku baik ke aku. Padahal, boleh jadi kamu melakukan kebaikan seperti ini tidak hanya ke aku saja kan? Makannya kenapa sekarang aku sudah terbiasa untuk bersikap biasa saja. Kamu terlalu sulit ku definisikan. Kadang kamu sangat baik, tapi tidak menutup kemungkinan kamu kadang-kadang menjadi seperti anak kecil, bahkan melampauinya. Kenyataanya, anak kecil mudah sekali memaafkan, marah sebentar, nangis, lalu kembali baikan, dan lupa sama semua masalahnya. Kalau kamu? Justru hanyut hanya karena perihal yang mungkin kita sajalah yang salah paham. Aku tidak suka, kamu terlalu sibuk memperioritaskan aku. Kita hanya teman kan? Tolong bersikaplah selayaknya teman, jangan terlalu berlebihan dalam memberikan...

Sigit, Alwi, dan Bakol Klotak

[INI PERMINTAANMU YA MUSUH SMA-KU YANG AWALNYA KU KIRA KAMU SKSD BANGET, TERNYATA KAMU YANG BISA DIBILANG CARE BANGET] Ah males banget sebenernya memenuhi request-annya ni bocah. Minta menulis tentangmu itu harus mengingat-ingat sejak awal aku kenal kamu cuk. Aku sih ngga suka fafifu, maunya to the point aja ke kamu. Sek, sambil kamu baca ini kalo udah ku publish kamu harus nraktir aku ya? Pecel, kupat, bakwan, sama nutri sari jeruk nipisnya Bu’e kantin SMABA. Ok deal? Sigit Fatkhurrahman. Awalnya aku sama sekali ngga tahu siapa dia, yang aku tahu dia anaknya rese dan banyak tingkah. Suka caper gitu, dan teriak-teriak ngga jelas. Ngga penting banget pokoknya. Karena aku ikut Dewan Ambalan di SMA-ku, sedikit-banyak aku mulai tahu. Tahu tentang siapa-siapa anak rese, ya termasuk dia ini. Ngga pernah ikut pramuka hari Jumat, celana sekolah di pensil. Padahal, celana dipensil kalo boleh jujur menurutku sih bagus, apalagi di badan dia yang kek Tikungan (Tinggi kurus kek orang cac...

Perempuan

Lalu bagaimana menjadi perempuan yang baik menurutmu duhai lelaki? Yang mau mengiyakan semua permintaan sebagian dari lelaki sepertimu? Maaf, lelaki punya pilihan. Perempuan pun berhak memilih. Ada yang memilih menghabiskan masa muda hingga tua dengan cintanya, meniti jalan hidupnya bersama dengan alasan bekomitmenpun itu hak dia. Ada yang memilih diam dalam kesendirian, sibuk dalam doa dan perbaikan diri itupun sudah menjadi pilihannya. Keduanya adalah pilihan, mau memilih yang mana itu adalah hak setiap manusia. Kita tidak berhak menghakimi atas pilihan-pilihannya. Menjudge dia baik, dia buruk bukan lagi urusan kita. Sungguh kita jauh lebih berhak mengoreksi diri kita sendiri, yang sejatinya hina, namun seringkali merasa baik-baik saja. Kemarin adalah kemarin. Tapi bukankah Hidayah-Nya datang tanpa persetujuan dengan hamba-Nya terlebih dahulu? Boleh jadi kemarin A seperti itu, tapi kalau sekarang A seperti sekarang? Mau mengelak, hak siapa? Yang tahu hatinya, siapa lagi ...

Pernah Menyalahkan-Nya

Di titik paling nanar sekali pun, meski keadaan rasanya tidak berpihak kepada kita, kita tetap harus berprasangka baik pada-Nya. Sebab kita tidak pernah tahu apa yang tebaik bagi kita. Hal demikian tentu sulit dan butuh pembiasaan berupa rasa sakit yang berulang. Tidak bisa dihindarkan bahwa kita semua pernah menyalahkan takdir Tuhan atas ke-tidak-mampu-an kita dalam menerima skenarioNya. Kita sering menolak kesedihan dan mau senangnya saja. Kita juga pernah disibukkan dengan pertanyaan, "Tuhan mengapa semua ini terjadi padaku?" Seolah-olah kita lebih tahu. Menyedihkan sekali.  Jangan. Jangan sekali-kali merasa hidup menderita apalagi merasa paling menderita. Itu ego namanya. Penderitaan tidak bisa dibandingkan, karena penderitaan baginya belum tentu menjadi derita bagi kita. Tiap manusia pasti memiliki penderitannya masing-masing. Dengan begitu, kita tahu nikmatnya bahagia. Bahwa kesedihan dan rasa sakit adalah hal biasa yang pasti terjadi dan akan terus berlalu dan bergant...

Enggan

Kau tahu? Dari sepersekian harapan Aku pesimis perihal perasaan Aku lemah untuk terus bertahan Aku hanya kuat dan terus mendoakan akan kebaikan Semua adalah kau Karena kau Dan sebab kau Terima kasih Kau memang beda dari sepersekian perbedaan yang ada Apakah aku yang harus terus berjuang dan mengalah? Atau aku yang terlalu berlebihan? Lalu aku harus apa? Diam saja? Atau diam-diam terus berdoa tentang mu. Sudah, biar aku saja. Kau jangan. Kau kuat dalam memendam

Sekadar

Sekadar tahu kalau ternyata memang belum ada yang benar-benar ada disaat seharusnya ada. Sebab, terlalu pandai menutup diri atau tidak mampu membuka diri. Ingat kan? siapapun tidak bisa hidup sendiri, siapapun tetap butuh orang lain, entah sekadar untuk bertukar pikiran, atau sekadar sebagai pendengar. Terima kasih, tapi sejauh ini belum pernah mendapati atau memang karena tidak mau mencari, tidak peduli, atau terlalu angkuh dan nyaman dengan diri sendiri. Kuatkan? Kuatkan!

Ini dulu

Sejak awal Sejak tatap Sejak mata saling tertuju Sejak aku mengenalmu, kau adalah beda dari sekian manusia yang terlahir dengan perbedaan masing-masing. Kekuatanmu untuk memendam luka Kehebatanmu untuk selalu terlihat baik-baik saja. Kau, adalah salah satu yang kubutuhkan. Entah, ini sementara atau memang rasa sebenarnya. Aku tahu, namun lagi-lagi aku kalah. Aku enggan membuka hati, aku sulit sekali percaya. Aku butuh penguat. Dan semoga itu kau Sikunir, 20 Oktober 2018 Yang mengharapkanmu kepada Tuhan-ku

Tanpa pamit

Selamat malam kasih :)) Aku sedang kabur dari rumah. Sekarang aku ada di tempat yang tidak banyak orang ketahui. Alasanku pergi adalah karena ada suatu masalah. Siapapun pasti punya masalah, tapi yang senekat aku pergi seorang diri dan itu perempuan sepertinya jarang hehe. Iya aku adalah manusia super nekat dan keras kepala, kalau kau tidak suka itu hakmu akupun tidak masalah. Menurutku tidak salah jika sesekali seseorang ingin sekali dimengerti, apalagi dengan orang tua dan itu ibunya sendiri, hal lumrah  bukan? Tapi, kalau yang diperoleh bukan perhatian ataupun pengertian, justru marah dan caci maki? Aku, Kamu, dan kita sudah dewasa. Menasihati dengan cara memarahi dan mencaci maki, siapapun tidak ada yang suka. Sekalipun kenyataannya diri kita bersalah. Apalagi di depan banyak orang. Aku sangat tidak suka. Alasan apapun tidak aku terima, aku sedih. Jadi adakah yang sudi peduli dengan aku yang keras kepala ini? Aku akui, dengan pergi tidak lantas menyelesaikan masalah, ta...