Bahwa darimu aku banyak belajar. Datang dan pergi adalah hal biasa. Hal semacam ini akan selalu terjadi dan silih berganti. Layaknya kamu bertemu dengannya, nyaman dengannya, lalu jatuh dan cinta. Rela jatuh lagi dan ditinggal pergi. Miris. Kamu akan mencari yang baru lagi dan lagi sampai pada kata, “Kamu lah yang selama ini aku cari.”
Sial.
Sayangnya kamu tidak. Pernah sekali menemukan dan akhirnya kehilangan, lagi. Selepas
ini semua, kamu harus berjanji akan menjadi seseorang berbeda. Minimal
mengurangi kebiasaan mengurung diri dan memendam apa-apa sendiri. Kamu terlalu
angkuh dan keras kepala. Terlalu takut untuk berbagi cerita, padahal aku ingin
sekali mendengarmu bercerita. Jangankan cerita, suaramu memanggil namaku saja
aku sudah senang. Banyak orang yang peduli denganmu, lagi-lagi egomu bilang, “ya
memang dia baik”. Padahal, tanpa kamu sadari, kamu telah melukai seseorang yang
telah menaruh harap, padamu.
Kamu
terlalu sering mengatakan kuat. Padahal untuk berdiri saja hampir tidak mampu. Kamu
sering kali berkata baik-baik saja. Padahal tanpa kamu sadari, aku sering
mendapatimu menguatkan diri sendiri, berharap semua memang akan baik-baik saja.
Kamu menangis dalam kesendirian. Aku tidak tega, melihatmu menangis seperti
demikian. Ingin sekali ku mengusap air matamu.
Kamu
tahu? Kamu selalu membuatku bertanya-tanya dan mencari tahu. Bertanya pada seisi
dunia tentang kabarmu. Mencari tahu lewat apapun yang bisa memberiku jawaban
tentang dirimu. Dibalik gelak tawamu, kerja kerasmu untuk tetap bertahan pada hal
yang belum mampu kamu terima, kamu telah mampu melewati hingga detik ini. entah
karena terpaksa, dipaksa, atau kamu memang sudah tidak tahu lagi akan bagaimana.
Sampai
pada suatu titik, seseorang mengatakan kamu gila. Tapi kamu tetap biasa saja. Bingung.
Entah dengan cara apalagi memastikan kebaikanmu selain dengan doa-doa indah. Aku
tidak kehilangan harap. Hanya saja menyadari siapa aku dan siapa kamu.
*Masih belum selesai.
Komentar
Posting Komentar