Langsung ke konten utama

Terima kasih



Bener-bener sedih ketika di luar sana banyak banget yang ngeluh kuliah cuma disini dll. Termasuk diri aku dulu, seandainya bisa lanjut di kampus A, mungkin bla bla bla. Goblo emang. Ngga gituu cuyy. Kayak ngga bersyukur dan ngga sadar diri gitu, padahal Allah udah tahu banget mana yang terbaik buat kita. Sulit emang buat nerima kenyataan bagi sebagian orang yang udah terbiasa mendapatkan apa yang dia pengen.

Padahal yang disini alias di desa banyak banget orang tua dan anak yang mati-matian berusaha dengan caranya masing-masing biar bisa lanjut kuliah, karena apa? Ya pengen belajar. Rela banget siang-malem orang tuanya nyari biaya kesana-kesini asal bisa nyekolahin anak-anaknya. Anak-anaknya juga sama, semangat banget belajar biar bisa dapet beasiswa. Ha aku, males-malesan :((

Bagi anak-anak desa kayak aku dan temen-temen yang punya minat belajar meski ga pinter, adalah suatu penghargaan luar biasa bisa lanjut kuliah. Eh kok yang dikasih kesempatan kuliah suka males-malesan dengan berjibun tugas (Aku contohnya) hehe. Maap Ya Allah.

Allah tuh adil banget, banyak yang punya biaya tapi minat belajar kurang. Ngga sedikit juga yang gapunya biaya tapi minat belajar tinggi. Jarang tuh yang punya biaya dan punya minat belajar tinggi, makannya kalo diantara kita ada yang demikian, maksutnya bisa kuliah meski masih belum maksimal kuliahnya dan orang tua punya biaya ya dimanfaatin dengan sebaik mungkin. Kuliah yang bener sekalipun nemu dosen yang sering bikin kita istighfar. In syaa Allah dengan begitu berkah ilmu akan sampe ke kita. Jangan sampe nyesel belakangan.


Aku sering tuh dulu dibilang ngga kasian sama orang tua? Hey Jude!
Justru Karena aku kasian sama orang tua makannya aku belajar, aku mau kuliah sampai tuntas gapeduli halangan dan rintangan ke depan. kalo bisa dan Allah kasih aku kesempatan, malah pengen banget lanjut S2 di luar Indo, ya ke tanah Eropa sesuai mimpiku. Aamiin. Nggapeduli english ku masih belibet. Nggapapa ngayal dulu mumpung gratis. Bodoamat dibilang gatau diri. Bodoamat. Dari dulu aku juga ngayal buat bisa kuliah, kebeneran Allah kasih aku kesempatan bisa kuliah. Makannya aku ngga mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku pengen adek-adekku juga bisa kuliah.

Barusan aku disuruh ibu belanja. Eh di tengah jalan belanjaannya ada yang kurang, aku berhenti buat beli sayur di tempat tetanggaku yang jual di pasar. Tetanggaku nanya semangat banget tentang kuliah, katanya si anak pengen banget bisa kuliah ekonomi. Bener-bener mau nangis rasanya. Ya Allah aku selama ini kurang bersyukur.

Kadang-kadang tanpa kita sadari, kita tuh jadi motivasi buat orang lain loh. Kayak aku nih, aku selalu ngeliat temen-temenku yang semangat belajar buat jadiin motivasi. Mereka aja bisa, aku juga bisa. Sesimpel itu. Semakin aku direndahin, aku makin semangat hehe. Ngga peduli hasilnya kayak gimana nanti, yang penting usaha dulu.

Buat adek-adekku kalian sekolah yang bener, kenapa aku bilang bener? Maksutnya ikutiiin aja mau ibu bapak guru selagi itu baik. Inget pesen guru buat selalu jujur yang ternyata itu berat banget :((. Yang bisa nolong kalian kelak ya cuman ilmu. Harta kapan aja bisa abis. Tapi ilmu tuh enggak.

Buat adek-adekku di Batur
Semangat! Libatin Allah dalam segala hal.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kok jatuh lagi?

Sudah susah jatuh cinta, sekalinya jatuh pada orang yang salah alias tidak mencintai balik itu sama seperti sudah jatuh, eh malah tertimpa durian. Sakit. Mau mengutuk diri sendiri. Aku benci dengan rasa ini, mengapa harus jatuh dan nyaman pada seseorang yang bukan tempatnya untuk pulang. Aku membutuhkanmu, denganmu aku merasa tenang dan menjadi lebih baik. Tawaku ada bersamaan dengan tawamu. Tapi, aku terlalu cepat menaruh rasa. Kebenaran yang mutlak, apapun itu kalau terlalu dikejar dia akan lari. Maka, apakah sepantasnya aku harus mengikhlaskan lagi? Kau tahu? Berat rasanya menjalani hari-hari tanpa adanya tempat untuk bertukar cerita. Tidak adalagi yang bertanya bagaimana hariku, tidak ada lagi ceritaku yang harusnya ku ceritakan denganmu. Aku benci jatuh cinta, jika harus jatuh, lalu dipaksa mengikhlaskan kamu untuk yang lain, lagi. Ini bukan satu dua kalinya. Berkali-kali. Aku selalu mengalah atas nama demi orang lain. Sakit ini seperti sakit yang sembuh karena ditutup oleh sakit ...
Posting Komentar
Baca selengkapnya

Beradu

Sejak malam itu saya belajar banyak hal. Selamat anda berhasil membuat saya merasa baik-baik saja. Tidak ada yang salah, kecuali sesuatu yang berlebihan. Dan cara anda mengajari saya benar-benar manjur. Kalimat-kalimat klise yang biasa dituliskan di mana-mana adalah benar. Yang patah tumbuh Yang hilang berganti Yang hancur lebur akan terobati Yang sia-sia pasti akan bermakna Yang dicari hilang Yang dikejar lari Yang masih banyak lagi Yang entah itu baik atau buruk. Semua harus pas pada porsinya, maka cukup. Itu enak sekali. Satu-satunya cara untuk melawan ketakutan adalah berani mencobanya, apapun itu. Saya pribadi takut sekali patah hati. Bagaimanapun caranya saya harus menjaga hati saya dengan sebaik-baiknya. Tapi cara saya ternyata salah. Darimana saya tahu itu salah? Hati saya yang bilang, hati saya menolak, hati saya memberontak, "Tidak begini caranya, ini merugikan sebelah pihak" Berpura-pura tidak peka atas perasaan orang lain adalah tindakan jahat yang berulang kali p...
2 komentar
Baca selengkapnya

Rumut tetangga selalu terlihat lebih hijau

Pada kenyataanya apa yang terlihat dan tak dimiliki selalu terasa indah dan menggiurkan. Sepertinya yang kita miliki tak ada arti. Kita selalu sibuk membanding-bandingkan apa yang kita miliki dengan sesuatu yang nampak dari orang lain. Begitu selalu. Hingga kita lupa, bahwa bisa bangun dan bernafas saja itu patut kita syukuri.  Hari-hari berlalu, sejak keputusan berat itu di bukan Februari aku banyak belajar. Bahwa masalah tidak pernah usai, sebab hidup itu sendiri merupakan masalah. Aku sering bertanya kepada Tuhan, "Tuhan mengapa aku? Tidakkah kau berniat memberiku waktu jeda untuk bernafas lega tanpa memikirkan sesuatu?" Terus begitu. Semakin aku bertanya Tuhan selaku menjawab dengan ujian lagi dan lagi. Yang awalnya terasa berat tidak terasa bisa ku lewati. Apapun, apapun itu ujiannya. Semua terasa berat diawal. Kita sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Kemungkinan itu seolah nyata. Kadang aku berpikir, bisa tidak mengerti aku saja meski sebentar. B...
Posting Komentar
Baca selengkapnya