Pada kenyataanya apa yang terlihat dan tak dimiliki selalu terasa indah dan menggiurkan. Sepertinya yang kita miliki tak ada arti. Kita selalu sibuk membanding-bandingkan apa yang kita miliki dengan sesuatu yang nampak dari orang lain. Begitu selalu. Hingga kita lupa, bahwa bisa bangun dan bernafas saja itu patut kita syukuri.
Hari-hari berlalu, sejak keputusan berat itu di bukan Februari aku banyak belajar. Bahwa masalah tidak pernah usai, sebab hidup itu sendiri merupakan masalah. Aku sering bertanya kepada Tuhan,
"Tuhan mengapa aku? Tidakkah kau berniat memberiku waktu jeda untuk bernafas lega tanpa memikirkan sesuatu?"
Terus begitu. Semakin aku bertanya Tuhan selaku menjawab dengan ujian lagi dan lagi. Yang awalnya terasa berat tidak terasa bisa ku lewati. Apapun, apapun itu ujiannya. Semua terasa berat diawal. Kita sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Kemungkinan itu seolah nyata.
Kadang aku berpikir, bisa tidak mengerti aku saja meski sebentar. Bekerja sama lah istilahnya. Tanggung jawab bersama loh ini. Katanya,
"Kamu kuliah saja sudah berat, apakah dengan beban ini kamu bisa melewatinya?"
Jawabku ringan,
"Ya aku bisa, siapa lagi yang mau. Ke depan Tuhan pasti kasih jalan kok. Aku yakin."
Padahal di dalam hati, ada banyak sekali kekhawatiran. Terpaksa ku buang semua ketakutan. Berjuang keras mencari pekerjaan. Berusaha semaksimal mungkin supaya kuliah tetap baik-baik saja.
Dalam kesendirian aku berpikir, jarang sekali aku memikirkan diriku, lebih tepatnya kedamaian diriku. Aku selalu memikirkan orang lain dulu. Memastikan semuanya baik-baik saja. Aku? Nanti saja, urusan belakangan. Tak peduli seberapa hancur dan remuknya diriku. Patah dan tumbuh lagi. Seperti itu terus.
Apa yang terjadi dengan kita selalu berkaitan dengan kita. Hal kecil, hal besar, atau malah hal-hal diluar dugaan. Berhati-hati dalam menjalani hidup itu perlu. Tidak menyakiti orang lain misalnya, sayangnya disini ujian terberatku.
Dilahirkan dengan kelebihan eneegi untuk berbicara sering mengajarkanku, penyesalan selalu datang diakhir. Pengandaian selalu datang setelah melakukan kesalahan. Ya meski setelahnya aku belajar. Tapi ada penyesalan dulu. Aku tidak suka basa-basi, tapi to the point-ku sering melukai seseorang. Aku senang bercanda, tapi candaku seringkali berlebihan.
Kepahitan-kepahitan dalam hidup, berhasil membuatku menjadi keras dan angkuh. Perlahan lunak karena waktu dan lingkungan.
Kesakitan-kesakitan dalam hidup, berhasil membuatku merasa takut untuk jatuh cinta. Perlahan hilang karena pernah mematahkan dan dipatahkan.
Komentar
Posting Komentar