Sudah susah jatuh cinta, sekalinya jatuh pada orang yang salah alias tidak mencintai balik itu sama seperti sudah jatuh, eh malah tertimpa durian. Sakit. Mau mengutuk diri sendiri. Aku benci dengan rasa ini, mengapa harus jatuh dan nyaman pada seseorang yang bukan tempatnya untuk pulang.
Aku membutuhkanmu, denganmu aku merasa tenang dan menjadi lebih baik. Tawaku ada bersamaan dengan tawamu. Tapi, aku terlalu cepat menaruh rasa. Kebenaran yang mutlak, apapun itu kalau terlalu dikejar dia akan lari. Maka, apakah sepantasnya aku harus mengikhlaskan lagi?
Kau tahu? Berat rasanya menjalani hari-hari tanpa adanya tempat untuk bertukar cerita. Tidak adalagi yang bertanya bagaimana hariku, tidak ada lagi ceritaku yang harusnya ku ceritakan denganmu. Aku benci jatuh cinta, jika harus jatuh, lalu dipaksa mengikhlaskan kamu untuk yang lain, lagi.
Ini bukan satu dua kalinya. Berkali-kali. Aku selalu mengalah atas nama demi orang lain. Sakit ini seperti sakit yang sembuh karena ditutup oleh sakit yang lain.
Aku khawatir, bila saatnya nanti, dia keluar di waktu yang bukan saatnya. Melukai yang bukan sepantasnya. Aku tau bagaimana rasanya sakit, makannya aku akan mencoba mencintai dengan sebaik-baiknya. Aku pernah kehilangan, makannya aku akan berusaha menjaga dengan cara yang tidak biasa. Aku pernah cemburu pada puncaknya, hingga aku akan berusaha membangun komunikasi yang berbeda.
Intinya, aku butuh kamu. Mungkin, aku harus sabar lagi.
Komentar
Posting Komentar