Langsung ke konten utama

Kok jatuh lagi?




Sudah susah jatuh cinta, sekalinya jatuh pada orang yang salah alias tidak mencintai balik itu sama seperti sudah jatuh, eh malah tertimpa durian. Sakit. Mau mengutuk diri sendiri. Aku benci dengan rasa ini, mengapa harus jatuh dan nyaman pada seseorang yang bukan tempatnya untuk pulang.


Aku membutuhkanmu, denganmu aku merasa tenang dan menjadi lebih baik. Tawaku ada bersamaan dengan tawamu. Tapi, aku terlalu cepat menaruh rasa. Kebenaran yang mutlak, apapun itu kalau terlalu dikejar dia akan lari. Maka, apakah sepantasnya aku harus mengikhlaskan lagi?


Kau tahu? Berat rasanya menjalani hari-hari tanpa adanya tempat untuk bertukar cerita. Tidak adalagi yang bertanya bagaimana hariku, tidak ada lagi ceritaku yang harusnya ku ceritakan denganmu. Aku benci jatuh cinta, jika harus jatuh, lalu dipaksa mengikhlaskan kamu untuk yang lain, lagi.


Ini bukan satu dua kalinya. Berkali-kali. Aku selalu mengalah atas nama demi orang lain. Sakit ini seperti sakit yang sembuh karena ditutup oleh sakit yang lain.


Aku khawatir, bila saatnya nanti, dia keluar di waktu yang bukan saatnya. Melukai yang bukan sepantasnya. Aku tau bagaimana rasanya sakit, makannya aku akan mencoba mencintai dengan sebaik-baiknya. Aku pernah kehilangan, makannya aku akan berusaha menjaga dengan cara yang tidak biasa. Aku pernah cemburu pada puncaknya, hingga aku akan berusaha membangun komunikasi yang berbeda.


Intinya, aku butuh kamu. Mungkin, aku harus sabar lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beradu

Sejak malam itu saya belajar banyak hal. Selamat anda berhasil membuat saya merasa baik-baik saja. Tidak ada yang salah, kecuali sesuatu yang berlebihan. Dan cara anda mengajari saya benar-benar manjur. Kalimat-kalimat klise yang biasa dituliskan di mana-mana adalah benar. Yang patah tumbuh Yang hilang berganti Yang hancur lebur akan terobati Yang sia-sia pasti akan bermakna Yang dicari hilang Yang dikejar lari Yang masih banyak lagi Yang entah itu baik atau buruk. Semua harus pas pada porsinya, maka cukup. Itu enak sekali. Satu-satunya cara untuk melawan ketakutan adalah berani mencobanya, apapun itu. Saya pribadi takut sekali patah hati. Bagaimanapun caranya saya harus menjaga hati saya dengan sebaik-baiknya. Tapi cara saya ternyata salah. Darimana saya tahu itu salah? Hati saya yang bilang, hati saya menolak, hati saya memberontak, "Tidak begini caranya, ini merugikan sebelah pihak" Berpura-pura tidak peka atas perasaan orang lain adalah tindakan jahat yang berulang kali p...

Rumut tetangga selalu terlihat lebih hijau

Pada kenyataanya apa yang terlihat dan tak dimiliki selalu terasa indah dan menggiurkan. Sepertinya yang kita miliki tak ada arti. Kita selalu sibuk membanding-bandingkan apa yang kita miliki dengan sesuatu yang nampak dari orang lain. Begitu selalu. Hingga kita lupa, bahwa bisa bangun dan bernafas saja itu patut kita syukuri.  Hari-hari berlalu, sejak keputusan berat itu di bukan Februari aku banyak belajar. Bahwa masalah tidak pernah usai, sebab hidup itu sendiri merupakan masalah. Aku sering bertanya kepada Tuhan, "Tuhan mengapa aku? Tidakkah kau berniat memberiku waktu jeda untuk bernafas lega tanpa memikirkan sesuatu?" Terus begitu. Semakin aku bertanya Tuhan selaku menjawab dengan ujian lagi dan lagi. Yang awalnya terasa berat tidak terasa bisa ku lewati. Apapun, apapun itu ujiannya. Semua terasa berat diawal. Kita sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Kemungkinan itu seolah nyata. Kadang aku berpikir, bisa tidak mengerti aku saja meski sebentar. B...