Langsung ke konten utama

Mau-nya apa


Bissmillahirrahmanirrahim . . .
Selamat pagi :))
Jangan lupa bahagia tanpa ikut campur urusan orang lain:))
Jangan lupa kalau kakak dimana-mana membimbing adik-adiknya ya?
Pun sebagai adik harus tetap menghormati kakaknya atau siapapun yang lebih tua dari kita, wajib kita hormati tanpa memandang siapa dia dan dari mana dia berasal.

Dari kemarin aku sibuk banget, jarang buka HP dan baru sempet buka HP ya ini barusan. Aku baca satu persatu line dan reply di grup. Awalnya aku ya udah sih biasa aja, but no. NGGA BISA GINI. Ada yang salah di lingkungan perkuliahan kita. Tidak sesuai ekspektasi dengan kenyatan yang ada. 

Pas banget. Barusan ceramah di Masjid bahas tentang "SEBENERNYA TUJUAN KITA APA SIH?"
Disana tadi bahasannya tentang kita hidup. Bahwa kebanyakan dari manusia tuh pengen sama yang namanya dipuji orang, diakui orang, dianggap dirinya hebat atau lebih hebat dari yang lain. Hampir semua manusia sama, tidak mau direndahkan. Ternyata cuma itu, ingin orang-orang tahu alias popularitas. Cuman, yang jadi masalah sudah mau memuji kebaikan orang lain belum?
Sudah mau mengakui kebaikan dan keberadaan orang lain belum?
Atau sudah mau mengakui bahwa banyak orang lain yang jauh lebih hebat dari kita belum?
Pernah ngga kita ngerendahin orang lain? Contohnya,
Alah paling
Yaelah gampang
Kalian mah mending, dulu kakak gini gini dan gini. BODO AMAT. Itu dulu kak.
Keliatannya sepele, tapi cara berpikir seseorang dan cara seseorang merespon segala sesuatu itu berbeda. Ada yang dengan diremehkan dia akan membuktikan bahwa dia tidak demikian adanya. Tapi sebalikya, ada dan bahkan banyak yang kalau diremehkan justru dia jatuh dan cenderung dan tidak mau peduli lagi. Kan bahaya. Pentinya menjaga lisan yang tajam ini.

Aduh nyesel aku pernah ngerendahin orang lain dengan kata yaelah, ikut campur urusan orang lain dengan komentar ngga jelas dan ngga penting banget. astaghfirullah. Maaf ya?
Ternyata ngga enak. Jadi inget suatu waktu aku pernah membaca, bahwa orang yang merasa dirinya dekat dengan Tuhan, justru disitu sedang dijauhkan. Orang yang merasa dirinya lebih dari yang lain, justru disitu sedang berada dalam titik terendah dan serendah-rendahnya.

Kalau kakak, atau siapapun sayang sama adiknya, bukan begitu caranya. Miris sih liat keadaan di kampus-kampus sekarang. Dengan alasan mendidik adik kelas dan sebagainya, Beberapa oknum kakak tingkat menjadikannya kesempatan untuk ajang balas dendam. Pedulimu atas adik-adikmu tuh sangat bagus. Semua sepakat, tapi mencampuri urusan orang lain, mengomentari hidup orang lain, dengan alasan apapun itu salah. Baik aku, kamu, atau siapapun. Semua orang pasti punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Jadi ya sudah, urusi urusan masing-masing. 

Gimana kampus kita maju, kalau kebebasan kita aja dibatasi. Untuk melakukan ini harus ini. Haiiis kok dipersulit, ya itu yang bikin aku dan banyak dari temen-temen males.  Apalagi ini pake prinsip yang namanya adik harus hormat sama kakak. Senioritas banget sih. Iya oke, tapi sebagai kakak juga harus menyayangi adiknya, MEMBIMBING adiknya, dan Menghargai adiknya. Jangan dikira tugas seorang kakak gampang. Tanggung jawab yang besar ada dipundak seorang kakak. Makannya dibutuhkan sebuah kata SALING. Bagaimana sikap seorang adik terhadap kakak itu tergantung sikap kakak terhadap adiknya, keduanya saling berhubungan dan tidak bisa dielakkan. Kesan pertama seorang kakak itu sangat penting, bagaimana cara seorang kakak dekat dengan adik-adiknya. Sudah benar-benar dekat atau sekedar dekat karena menjalankan peran sebagai seorang kakak tingkat? Jawab sendiri kan yang tahu kakak hehe.

Jujur sedih, ketika aku nanya
"Kenapa sih harus kek gini?"
Jawabannya semua sama ya emang kayak gini, kalau kamu mau tau dan mau merubah itu ya harus masuk kedalamnya. Pikirku awalnya gitu, BIG NO. Dengan aku masuk kedalamnya, apapun itu tidak bisa berubah dengan cepat, harus bertahap dan butuh namanya proses dan persetujuan. Untuk mendapatkan persetujuan atas perubahan juga jauh lebih tidak gampang. Jadi dengan masuk bagiku tidak menyelesaikan masalah, apalagi didalamnya berisi orang-orang yang seperti oknum-oknum yang sudah ku sebutkan tadi.

Jadi aku punya cara tersendiri yang ngga perlu kalian tahu. Toh namanya kampus setiap tahun datang orang-orang baru. Mahasiswa baru. Biasanya si oknum-oknum ini sudah mempersiapkan berbagai macam bujuk dan rayu untuk ini dan itu. Selalu sama, seperti itu terus. Ya gimana, maba masih polos. Katanya keluarga, haha keluarga darimana yang ngejekin adiknya kalau ngga hebat seperti kakaknya?
Mau itu alasannya biar adiknya ngga kaya gitu lagi, biar adiknya bisa lebih hebat dari kakaknya lah, apalah. Ejekan dan pertanyaan menjatuhkan bukan solusinya duhai kakak-kakak. Adik-adik justru semakin muak dan semakin tidak peduli. Coba kalau tidak ada adik, siapa yang akan meneruskan tujuan yang telah dicanangkan sebuah keluarga/kampus? Toh kalian tidak akan selamanya hidup bukan? (Hidup di kampus)

Lalu bagaimana jika besok maba tidak ada yang mau ikut berkontribusi dengan alasan muak dengan kakak-kakaknya? kan ngga lucu tuh, masa iya sih gitu. Kak, kalian maunya apasih?
Jadi semoga siapapun yang sedang menjalankan tugas sebagai kakak atau akan menjadi kakak,
Jadilah sebenar-benarnya kakak yang menyayangi adiknya, bukan sebatas formalitas belaka.
Inget kan? Sadar kan? Makannya hati-hati dalam bersikap dan mengemban amanah berupa tanggung jawab. Ini tidak mudah.
Apa-apa yang kita lakuin tu bakal dipertanggungjawabkan loh diakhirat nanti bagi yang percaya ini. Ngga takut po?
Udah siap?
Istighfar

Dariku: Nur Aroma Rofiqoh
Untukmu: Yang membaca <3
Yogyakarta, 21 Ramadhan 1440 H



Komentar